Postingan

Rumah sakit jiwa

 Lima belas November. Aku terbaring lemah di ranjang rumah sakit, selang infus menancap di lenganku. Suara alat medis berdetak pelan, mengikuti ritme napasku yang tersengal. Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku bisa berdiri tegak tanpa merasa pusing atau kapan terakhir kali aku bisa berlari bebas di luar sana. Tubuhku terasa semakin rapuh seiring waktu, dan setiap helaan napas terasa seperti beban yang berat. Sebelum terbangun, aku mengalami mimpi yang aneh. Dalam mimpi itu, aku berdiri di atas sebuah batu besar di tengah telaga yang luas. Airnya tenang dan berwarna keperakan, mencerminkan langit senja yang redup. Di sekelilingku, kabut tipis mengambang, membuat suasana terasa sunyi dan asing. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sesuatu—atau seseorang—tapi tidak ada siapa pun. Lalu, dari balik kabut, samar-samar muncul sosok seseorang. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tapi suara lembutnya menggema di udara. "Selamat tinggal," katanya, lirih, hampir seper...

Sembilu Rasa

Kau adalah amerta di setiap detak nadiku, Hidup yang mengalir tanpa henti, selalu baru. Mengisi relung sunyi dengan cahaya, Membawa damai di tengah gelisah jiwa. Kau adalah surya di setiap fajar, Prakāśa yang membangkitkan jiwa yang pudar. Menyinari jalan dengan śakti yang lembut, Menuntun langkahku ke arah yang terwujud. Kau adalah samudra yang penuh jīvana, Tīrtha suci yang menyapu segala duka. Dalam kedalamanmu, aku menemukan mokṣa, Ketenangan abadi di antara prāṇa yang bernafas. Kau adalah tārā di angkasa malam, Cahaya jyotisha yang menjadi pedoman. Meski berjauhan, kau tetap terasa, Seperti cinta yang kekal, ananta, selamanya. Kau adalah amerta di setiap hela nafasku, Hingga dunia berhenti dan waktu berlalu. Abadi dalam cinta yang tak pernah pudar, Kau adalah keajaiban, sinar yang tegar.

Untuk wanita yang ada didekapan ku

Kau adalah lagu, nada yang mengisi sunyi, Menggema lembut di sela rindu yang tak terperi. Seperti irama yang memeluk hati rapuh, Kehadiranmu membuat segalanya utuh. Di antara bunga layu yang tersapu waktu, Kau mekar, harummu menghidupkan lara yang beku. Bukan sekadar indah, tapi tegar dalam sepi, Menjadi penjaga harapan yang hampir mati. Wahai penjaga hati yang tak bertepi, Bagaimana mungkin aku tak terpaut pada pelangi? Yang kau bentangkan di langit gelapku, Kau bawa terang, kau hancurkan pilu. Kau adalah bunga yang tak hanya cantik, Tapi tangguh meski badai menggigit. Di tengah taman layu, kau berdiri, Mengajarkan arti hidup yang sejati. Jika dunia runtuh, aku tahu satu pasti, Engkau tetap menjadi melodi abadi. Seperti bunga yang mekar melawan duri, Kau adalah cinta yang tak pernah ingkar janji.

Laksana Sutra

Di fajar yang merekah perlahan, terlukis wajahmu dalam bayangan, mata bercahaya bagai bintang di lautan, senyummu menenangkan bak angin di taman. Langkahmu lembut, bak tarian senja, membawa kehangatan dalam tiap kata, suaramu lirih bagai melodi, mengalun indah menenangkan hati. Kau bukan sekadar rupa semata, namun pesona dalam tutur dan laku, lembut hatimu laksana sutra, menebar kasih tanpa ragu. Engkau cahaya dalam kelam, embun pagi di tanah gersang, keindahanmu tak hanya dalam pandang, tapi di hati yang penuh kasih sayang. Tatapanmu teduh menyejukkan jiwa, bagai rembulan di malam yang hampa, hadirmu bagai semilir angin, menghapus lara yang dulu terpatri. Kau adalah lukisan semesta, dengan warna yang tiada tara, wanita rupawan nan berharga, indah luar dan dalamnya.

Pernahkah?

 Aku sering menangis, sendiri, Dalam gulita yang tahu hanya suara napas ini. Tak ada tawa di sini, hanya sunyi, Mengikis perlahan, seperti gelombang memakan tepi. “Kamu pernah menangis?” tanyamu tiba-tiba, Seperti kilat di langit tanpa hujan. Aku tertawa, seakan tak ada yang terasa, Tapi, bukankah air mata sudah jadi teman? Hawww, kau tertawa kecil, Seperti burung pagi yang baru hinggap. "Kau bisa menangis denganku," katamu penuh gelitik, Menghapus dingin yang sempat merayap. Namun aku tahu, tangis ini milik malam, Milik gelap, milik sunyi yang ku genggam. Biar ia ada di sana, menjadi rahasia, Menjadi jejak dari jiwa yang masih bernyawa.